Persaingan antar produk/jasa dewasa ini terus
meningkat dalam merebut perhatian konsumren sehingga menyebabkan
persaingan antar bisnis terus meningkat pula . Persaingan ini semakin
menyadarkan perusahaan akan pentingnya kualitas produk/jasa .
Meskipun kualitas terkadang diartikan relatif, namun tetap dipandang
penting dalam persaingan ( Price dalam lock dan Smith, 1990 : 6-7 ),
dan meskipun kualitas pada awalnya diidentikkan ( misconceptions )
dengan sesuatu yang sulit di ukur tapi diakui ketika melihatnya dan
juga dinilai mahal, mewah, dan eksklusif , namun perlahan –lahan
disadari kepentingannya selama mampu memenuhi atau melebihi
ekspektasi pelanggan ( Fox,1993 :5-6 ).
Dari prespektif lain,
kualitas produk /jasa semakin dianggap penting dan terus dijadikan
fokus perusahaan agar memiliki daya saing yang kuat baik dimata
konsumen maupun dimata pesaing. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin
kuatnya inisiatif perusahaan dalam mengembangkan sistem manajemen
kualitas ( quality management system ) untuk memastikan apakah produk
/jasa yang dihasilkan telah memenuhi tujuan kualitas yang diharapkan
atau tidak. Sistem manajemen kualitas dinilai dapat memenuhi tujuan
tersebut melalui penyediaan informasi terkait dengan upaya dalam
mengidentifakasi kualitas ( Weiss dan Gershon , 1989: 758 ).
Memang
upoaya menciptakan produk/jasa yang berkualitas sebenarnya tidak bisa
terlepas dari proses operasinya. Proses tersebut sangat tergantung
pada jasa produk/jasa yang dihasilkan, semakin banyak karakteristik
yang dibutuhkan, maka dapat semakin banyak pula proses yang dibutuhkan
.Seitring dengan beragamnya proses dalam menciptakan suatup roduk.jasa
yang berkualitas tersebut , maka diperlukan suatu sistem agar kualitas
itu sendiri dapat dihasilkan secara konsisten dalam memenuhi
kebutuhan konsumen.
Pada dasarnya , terdapat beberapa konsep
sistem manajemen kualitas (quality management system) yang pernah
diterapkan . Konsep tersebut terus dikembangkan seiring dengan evolusi
manajemen kualitas tersebut dapat diklasifikasikan kedalam 5 (
lima) fase yaitu : (1) Fase inspeksi penerimaan (acceptance inspection),
(2) Fase konterol kualitas (quality control), (3) Fase jaminan
kualitas (quality assurance), fase manaajemen mutu terpadu (total
quality assurance) ( Pratical Guide to ISO 9000:2000.2003 :1 ).
Masing-masing fase tersebut memiliki sejarah tersendiri sejak fase
inspeksi dikenalkan pada tahun 1920-an ( Bank, 1989:7 ) .
Dari
beberapa fase , fase Total Quality Management ( TQM) hingga kini
dipandang sebagai fase evolusi yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan manajemen kualitas fase ini tidak hanya dipandang
sebagai teknik . namun merupakan filosofi atau full commitment pada
semua level dalam mencapai kualitas produk/jasa . Fase Total Quality
Assurance (TQA ) merupakan fase lanjutan dari TQM sebagai respon
terhadap High technology. Diciptakannya akreditasi ISO ( The
Intyernational Organization Standardization) sejak 1987 dengan
menetapkan sertifikasi ISO 9000:1994 series hingga direvisi menjadi
sertifikasi ISO 9000 : 2000 series itu masih mengakui bahwa Total
Quality Management (TQM ) merupakan pencapaian standarisasi yang
optimum (Suardi ,2004 :39)
Seperti diketahui bahwa ISO merupkan
organisasi non pemerintah yang berbasis di Jenewa , Swiss. ISO
didirikan di tahun 1946 untuk memajukan perkemnbangan standar
Internasional dan aktivitas-aktivitas terkait dalam memfasilitasi
pertukaran produk dan jasa secara global .Sejak didirikan ISO masih
belum ditetapkan standarisasi yang baku , barupada tahun 1987
ditetapkannya ISO 9000 series ( Pratical Guide to ISO 9000:2000.2003
:12) . Pengembangan yang terkhir adalah ditetapkannya keluarga
ISO9000,2000 seriues sebagai core standard yang terdiri dari ISO
9000,9001 dan 9004 dan ISO19011 :2002 sebagai supporting standard .
ISO 9001 :2000 merupakan standarisasi tertinggi karena mencakup
penerapan standar komitmen TQM dan juga TQA sebagai respon terhadap
high –tecnology dalam bentuk business alliance and technology sharing
antara perusahaan dengan suplier.
Seiring dengan terus
dikembangkannya konsep manajemen kualitas dan akreditasi ISO , namun
disayangkan bahwa tidak sedikit perusahaan yang meragukan manfaat
dalam mengadopsi konsep ini . Khususnya untuk akreditasi ISO ,
terkadang hanya dianggap sebagai respon terhadap permintaan eksternal (
pelanggan ). . Dugaan ini seperti yang telah dibuktikan oleh Car et al
.(1997 : 383-403), dimana ternyata tidak banyak perbedaan antara
perusahaa yang berakreditasi ISO dengan yang non ISO. Dari tiga
kelompok variabel yang digunakan yaitu strategi , praktek manajemen
kualitas dan sistem pelaporan kinerja, secara signifikan hanyalah
strategi yang membedakan antara perusahaan ISO dan nono ISO dimana
perusahaan ISO lebih menekankan pada strategi kuialitas daripada
strategi biaya.
Penelitian yang lain mendukung penelitian di atas
seperti yang ditemukan oleh Sjoblom ( 1998 : 363-373 ) dimana sistem
pelaporan kinerja fisik dalam mengidentifikasikan dan meningkatan
kualitas tenyata dianggap lebih bermanmaat dibanding sistem pelaporan
kinerja keuangan berupa cost of quality ( COQ) seperti yang
diisyaratkan oleh akreditasi ISO . Sistem pelaporan kinerja keuangan
dianggap kurang relevan dan reliabel ketimbang sistem pelaporan
kinerja fisik . Informasi keuangan dinilai memiliki keterbatasan dalam
keputusan operasi. Di Indonesia tidak sedikit yang meragukan
menfaat dari standarisasi ini (Suardi , 2004 : 30 ) . Kebanyakan
beberapa perusahaan sepertri Indonesia berupaya untuk mendapatkan
akreditasi ISO hanya sekedar untuk mendapatkan sertifikasi , untuk
memenuhi persyaratan pelanggan ,atau bahkan untuk mengikuti trend dan
bukan untuk membantu organisasi dalam mencapai sasaran bisnisnya
.Dari orientasi ini perusahaan menjadi merasa terbebani daripada
mendapatkan maknanya (Suardi , 2004 : 38 )
Jika banyak
perusahaan yang meragukan manfaat dari akreditasi ISO , dan TQM
dipandang oleh akreditasi ISO sebagai filosofi atau full commitment
pada semua lecvel dalam mencapai kualitas produk/jasa yang optimal,
yang menjadi pertnyaan adalah seberapa pentingkah diterapkannya
penerapan total quality management (TQM pada suatu perusahaan .Jika
suatu mperusahaan mementingkan strategi biaya ( cost leardership
strategy ) dari pada kualitas ( quality- focused strategy ) agar
dihasilkan produk/jasa yang murah dan dapat memenangkan persaingan,
masih pentingkah akreditasi ISO tersebut ?
Terkait dengan hasil
penelitian seperti yang dilakukan oleh car et el. ( 1997 :383-403 ) dan
Sjoblom ( 1998 :363-373 ) dan juag beberapa dugaan mengenai realitas
perusahaan di Indonesia mengenai penilaian mereka terhadap
akreditasi ISO , kemudian peneliti ingin mengkaji bagaimana sebenarnya
realitas di lapangan . Peneliti ingin mengkaji hal ini khususnya pada
beberapa perusahaan Sinar Mas Group Divisi Pulp & Paper Product ,
dimana peneliti ini secara khusus mendasarkan pada penelitian yang
telah dialakukan oleh carr et.al .di atas. Bagaimana hubungsan antara
strategi , praktek manajemen kualitas dan sistem pelaporan kinerja yang
ditetapkan pada perusahaan tersebut dengan akreditasi ISO yang telah
mereka peroleh. Sinar Mas Group merupakan kelompok bisnis yang
memiliki 4 ( empat) divisi besar yaitu : (1) divisi agribisnis dan
makanan, ( 2 ) divisi developer dan properties, ( 3 ) divisi finance,
dan ( 4) divisi pulp & paper masing-masing divisi terdiri dari
beberapa unit perusahaan yang berbeda. Divisi pulp & paper product
merukana divisi terbesar karena divisi merupakan core business dari
Sinar Mas Group. Divisi ini terdiri dari 5 perusahaan yang berbeda yang
bergerak di industri pengolahan kertas yang menghhasilkan
produk-produk seperti corrogium medium, kraft liner ,core board ,
chipboard , wraping paper, tube /core dan laminating paper dan lain
sebagainya, seluruh perusahaan pada devisi ini telah memperoleh
sertifikasi ISO 9000:2000.
Alasan mengapa memilih perusahaan
Sinar Mas Group Divis pulp & Paper Product ini sebagai obyek
penelitian adalah karena divisi ini selain telah lama memperoleh
sertifikasi ISO , devisi ini juga masuk dalam kelompok 4 besar dunia
yang bergerak di industri pengelohan kertas .Selain itu industri ini
juga memiliki value chain yasng kompleks dan memerlukan strategi yang
akurat. Shank dan Govidarajan ( 1993 :52 ) menggunakan contoh industri
ini dalam menggambarkan bagaimana value chain antar pesaing
itubekerja di industri ini .
Semula peneliti ingin mengkaji
perbedaan antara perusahaan ISO dan non ISO pada Sinar Mas Group Divisi
Pulp & Paper Pruduct ini seperti yang semula dilakukan oleh carr
et.al.( 1997 : 383-403 ). Namun karena semua perusahaan devisi ini
memeperolah sertifikasi ISO9000: 2000, maka peneliti mengembangkan
penelitian ini seperti yang juga telah dilakukan oleh carr et.al..
dalam analisis sensitivitasnya guna mencari hubungan antar strategi ,
pratek manajemen kualitas dan sistem pelaporan kinerja dengan
akreditasi ISO.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas , permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.2.1.
Apakah secara simultan ada hubungan dengan antara faktor strategi
praktek manajemen kualitas dan sistem pelaporan kinerja dengan
akreditasi ISO pada Perusahaan Sinar Mas Group Divisi Pulp & Paper
Product ? 1.2.2. Apakah secara parsial ada hubunga dengan antara
faktor strategi praktek manajemen kualitas dan sistem pelaporan kinerja
dengan akreditasi ISO pada Perusahaan Sinar Mas Group Divisi Pulp
& Paper Product ? 1.2.3. Seberapa besar determinasi pengaruh
strategi praktek manajemen kualitas dan sistem pelporan kinerja
terhadap akreditasi ISO pada Perusahaan Sinar Mas Group Divisi Pulp
& Paper Product ?
1.3. Tujuan Penelitian
Dengan memeperhatikan perumusan masalah tersebut , maka tujuan penelitian ini dapat di jabarkan sebagai berikut : 1.3.1.
Menganalisa hubungan secara simultan antara faktor strategi antara
faktor strategi praktek manajemen kualitas dan sistem pelaporan
kinerja dengan akreditasi ISO pada Perusahaan Sinar Mas Group Divisi
Pulp & Paper Product 1.3.2. Menganalisa hubunagan secara parsial
antara antara faktor strategi praktek manajemen kualitas dan sistem
pelaporan kinerja dengan akreditasi ISO pada Perusahaan Sinar Mas
Group Divisi Pulp & Paper Product 1.3.3. Menaganalisa
determinasi praktek manajemen kualitas sistem pelporan kinerja dengan
akreditasi ISO pada Perusahaan Sinar Mas Group Divisi Pulp & Paper
Product ?
1.4. Manfaat Penelitian
1.5. Penelitian
mengenai hubungan strategi ,praktek manajemen kualitas dan sistem
pelaporan kinerja dengan akreditasi ISO pada Perusahaan Sinar Mas
Group Divisi Pulp & Paper Product ini diharapkan dapat memeberikan
manfaat bagi : 1.5.1. Pihak manajemen Perusahaan Sinar Mas Group
Divisi Pulp & Paper Product , sebagai dasar menyususn strategi ,
pratek manajemen kualitas dan sistem pelaporan kinerja dalam
pengambilan keputusan operasi 1.5.2. Pihak karyawan Perusahaan Sinar
Mas Group Divisi Pulp & Paper Product , sebagai salah satu bahan
pemikiran guna pemahaman dalam mengembangkan kinerja karyawan untuk
mendukung tujuan dan sasaran perusahaan 1.5.3. Pihak Universitas
Brawijaya , peneliti dan akademisi yang berkecimpung dalam disiplin
ilmu Manajemen sebagai tanmbahan referensi dan wacana diskusi
mengenai kajian strategi praktek manajemen kualitas dan sisitem
pelaporan kinerja guna mengembangkan teori-teori manajemen stategi
yang lebih komprehensif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar